kumpulan tugas dan judul skripsi kesehatan masyarakat

Sondag 07 April 2013 |



”Factors Influence Cholesterum Feeding Of Babies At Public Health Centre Area Of Tongauna Konawe Regency 2011”. (Consultant I : Ahmad, Consultant II : Sardi).
The purpose of research for knowing how large the influence of factors (knowledge, attitudes, practise, breast care) to cholestrum feeding of babies at public health centre of tongauna konawe regency 2011.
Characteristic of research is analytic by using case controle study approach for knowing how large the influence of each variable researched to cholesterol feeding of babies. Samples of research in amount 94 respondents devided into 2 groups namely 47 respondents in case group and 47 respondents in controle group with matching based on age and education.
Result of research showed ; there is significant influence of knowledge to cholesterol feeding of babies because OR> 1 (3,415) and lower limit (1,410), upper limit (8,274) this means on trusted degree 95% is significant. Attitude influence to cholestrum feeding of babies because OR> 1 (3,938) ) and lower limit (1,643), upper limit (9,438) this means on trusted degree 95% is significant. Practise influence to cholestrum feeding of babies bacause OR> 1 (3,546) and lower limit (1,438), upper limit (8,746) this means that practise of respondents on trusted degree 95% is significant. Breast care influence to cholestrum feeding of babies because OR> 1 (5,385) and lower limit (2,245), upper limit (12,915) this means on trusted degree 95% is significant.
From result of research analysis could be concuded that from four variable which are researched all of them influence to cholestrum feeding.



Key words : Knowledge, Attitudes, Practise, Breast Care, Cholestrum Feeding







BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kematian bayi (AKB) sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup menjadi salah satu dari delapan target milenium depelovmant goalds (MDGs) yang meski dicapai hingga tahun 2015. AKB di Indonesia pada tahun 2000 sebesar 35 per 1.000 kelahiran hidup, angka ini lebih tinggi dibanding dengan negara-negara Asia Tenggara, seperti Malaysia, Filifina, dan Thailand. Malaysia memiliki angka kematian bayi terendah di Asia Tenggara. (Media Indonesia, 2007).
Tingginya angka kematian bayi di Indonesia, disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain disebabkan karena kelahiran prematur, infeksi saat kelahiran, rendahnya gizi saat kelahiran, kelainan bawaan serta rendahnya pemberian ASI segera (kolostrum) setelah bayi lahir  dan pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan. ASI mengandung semua nutrisi penting yang diperlukan oleh bayi untuk tumbuh kembangnya, disamping itu juga mengandung antibodi yang akan membantu bayi membangun sistem kekebalan tubuh dalam masa pertumbuhannya. Pemberian ASI juga dapat menciptakan ikatan psikologis dan kasih sayang yang kuat antara ibu dan bayi. (Mardiati, 2008). 
Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002, lebih dari 95% ibu pernah menyusui bayinya. Tetapi, jumlah ibu yang menyusui 1 jam pertama, cenderung menurun 3,7%. Cakupan ASI ekslusif 6 bulan juga menurun menjadi 39,5% (Rahayu US, 2007).
World health organitation (WHO) merekomendasikan para ibu untuk menyusui secara ekslusif selama 6 bulan, melanjutkannya dengan pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dari bahan-bahan lokal yang kaya nutrisi sambil tetap memberikan ASI / menyusui sampai anak berusia 2 tahun atau lebih. Menyusui ekslusif adalah memberikan hanya ASI segera (kolostrum) setelah lahir sampai bayi berusia 6 bulan.  (Depkes RI, 2005).
Penelitian yang dilakukan UNICEF di beberapa negara sub-Sahara Afrika menyebutkan sekitar 16% bayi di wilayah tersebut dapat selamat dari kematian jika di berikan ASI (kolostrum) dalam satu hari kelahirannya. Angka ini akan meningkat menjadi 22% jika bayi di inisiasi menyusu dalam satu jam kelahirannya. Karena itu, UNICEF memperkirakan sekitar 30 ribu bayi di Indonesia dapat diselamatkan dari kematian melalui inisiasi menyusu dini (IMD) yakni memberikan kolostrum segera setelah kelahiran bayi. (Media Indonesia, 4/9/2007). Untuk menurunkan angka kematian bayi (AKB) salah satunya dengan memberikan kolostrum.
Kolostrum mempunyai khasiat untuk membersihkan mekonium sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir segera bersih dan siap menerima ASI. Kolostrum dan vitamin yang larut dalam lemak (A,D,E dan K). Dengan keunggulan yang di miliki kolostrum, cukup jelas bahwa bayi yang memperoleh ASI sedini mungkin (30 menit sesudah lahir) akan terhindar dari kemungkinan terjadinya gangguan pencernaan, infeksi usus dan penyakit lainnya (S. Rosita, 2008).
Pemberian kolostrum tidak terlepas dari peran ibu, selain itu juga perlu dukungan dari suami. Suami mempunyai peranan yang penting dalam keberhasilan dan kegagalan menyusui. Para suami ini berpendapat bahwa menyusui adalah urusan ibu dan bayinya. Mereka menganggap cukup menjadi pengamat yang pasif saja. Sebenarnya suami mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam keberhasilan menyusui karena ayah akan menentukan kelancaran reflek mengeluarkan ASI (let down reflek) yang sangat dipengaruhi oleh keadaan/ emosi ibu (Roesli U, 2007).
Di Indonesia, meskipun menyusui bayi sudah menjadi budaya, namun dalam prakteknya pemberian ASI terutama kolostrum masih jauh dengan yang diharapkan, bukti ilmiah yaitu menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia pada tahun 2002-2003 hanya 4% bayi yang memperoleh ASI pada hari pertama atau kolostrum, sedangkan bayi umur kurang 2 bulan sebesar 64%, antara 2-3 bulan 46%, antara 4-5 bulan 14% dan menyusui ekslusif sampai 6 bulan hanya 39,5%. (Medikom, 2007).
Cakupan pemberian ASI eksklusif tahun 2007 bervariasi menurut propinsi dengan rentang 18,9 % - 52,0 % terendah di Provinsi Bangka Belitung dan tertinggi di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara menempati urutan ke-11 terendah yakni 34,8 % (Depkes RI, 2008). Hanya naik 0,6 % (28.116/49.675) di bandingkan dengan tahun sebelumnya dan menurun menjadi 33,4 % pada tahun 2008 (Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara, 2008).
Berdasarkan data awal yang diperoleh penulis di Puskesmas Tongauna selama periode dua tahun tehitung tahun 2009 cakupan ASI sebanyak 330 (39,6%) bayi, dan tahun 2010 berjumlah 404 (48,48%) bayi, dan tahun 2011 bulan januari sampai mei berjumlah 124  (6,2%) bayi.
Manfaat kolostrum kurang dirasakan oleh masyarakat kita disebabkan karena budaya yang dianut. Ini terlihat dari kebiasaan ibu membuang ASI yang keluar pada hari-hari pertama setelah bayi lahir. Alasannya karena kurangnya pengetahuan dan ketidakpahaman ibu tentang pentingnya kolostrum juga berpengaruh perawatan payudara ibu pada saat hamil dalam memproduksi ASI sehingga menghambat pamberian kolostrum pada bayinya. Dari survei awal yang dilakukan peneliti dipuskesmas Tongauna dari 10 (100%) diketahui bahwa ada 7 orang (70%) ibu menyusui yang jawaban pengetahuannya kurang tentang pentingnya pemberian kolostrum pada bayi baru lahir.






maaf, untuk saat ini saya cuma tampilkan salah satu judul...... untuk selanjutnya...!!!
mohon ditunggu aja ....
ato hubungi aja gua dinomor 085241150334.
buat adik-adik yang pengen tau benget ttg tugas kuliahnya... lanjut aja dino tersebut. thank's